1000 Penderitaan ku tiada Akhir
>> 2.12.09
Kadang seseorang menilai sebuah tulisan hanya dari sudut pandang dimana dia mengerti dan bagaimana tulisan itu dicerna, komentar yang diluntarkan pun tak sesuai apa yang tertanam dari sebuah tulisan itu sendiri.
Banyak caci dan maki dari sebuah tulisan, atau bahkan mengabaikan sebuah tulisan, bisa dibilang tak pernah bisa menghargai dari sebuah tulisan.
Banyak orang menganggap menulis itu susah, tak jarang orang menganggap menulis itu suatu hal yang sangat mudah.
Kali ini aku ingin membuka mata hati kalian bahwa menulis itu sangatlah mudah,
Berikut aku petik dari sebuah karya yang tak pernah terduga, sekalipun penyair ternama mengetahuinya.
Tulisan ini dibuat oleh seorang bocah berusia 14 tahun, yang tak pernah merasakan indahnya bangku sekolah, hanya bisa mengerti dasar alphabet.
Oh tuhan….
Mengapa kau berikan Aku cobaan yang berat..???
Aku bingung karna aku iri pada mereka yang hidupnya mapan,
Mengapa hidupku seperti ini..??
Aku merasa tidak sempurna, karna aku tidak punya orang tua,
Tidak seperti mereka yang sempurna.
Dari kecil aku tidak pernah merasakan hangatnya pelukan orang tua..
Tuhan…
Benarkah kau Maha Adil…???
Jika memang benar,
Mengapa harus Aku..???
Aku tidak kuat jika hidup seperti ini…
Sebenarnya aku bukan bermaksud untuk jadi anak “Begajulan”,
Tapi,….
Banyak hal yang buat aku seperti ini…
Aku ingin bekerja agar aku bisa buktikan
Pada semua orang bahwa kata – kata mereka itu salah.
Aku yakin entah kapan,
Suatu saat Roda kehidupan pasti berputar,
Aku yakin suatu saat aku akan menemukan kebahagiaan,
Karna 1000 penderitaan aku pasti berakhir.
Karna aku Yakin meskipun banyak musibah,
Pasti akan datang KEBAHAGIAAN.
Karna Aku masih punya TEMAN…
Yang selalu membantu mencari solusi.
Setiap Aku punya musibah,
Karna,
Teman adalah Senyuman,
Teman adalah Cahaya,
Pokoknya hanya satu,
Teman adalah setengah Hidup ku.
Entah apa yang terlintas dalam pikirannya, aku sendiri merasakan kekaguman dengan apa yang dia tulis,
Begitu tulus, begitu lugu, dan begitu menggugah,
Mungkin terasa berbeda jika tulisan itu dibuat oleh orang yang lebih mengerti dan mengenal tentang arti sebuah tulisan, namun tulisan ini lahir dari sebuah tangan yang sekalipun tak pernah merasakan sedikit indahnya bangku sekolah,
Untuk bertahan hidup pun, dia harus menjadi sebuah “benalu”, tapi dari hatinya dia bisa mengutarakan penat – penat dalam hidupnya.
Dari sini harusnya kita bisa belajar, kita berkaca dan merasa malu,
Semua bukan dari seberapa dia pintar, seberapa dia dewasa, seberapa dia punyai bakat,
Tapi dari hati dan keinginan, sebuah tulisan tercipta begitu indah.
Belajarlah dari hal – hal yang tak terduga.
by Pimpim yang tak pernah sempurna
0 komentar:
Posting Komentar