Menulis itu Jauh Lebih BAik Ketimbang Berbicara

>> 16.5.09


Pearadaban berkembang karena tulisan, bukan omongan.
bayangkan betapa susahnya kita menelusuri jejak-jejak sejarah jika para pendahulu kita tidak menuliskan perdaban mereka.
Menurut saya segala pemikiran yang diucapkan hanyalah suatu kebohongan.
Sekilas, pernyataan tadi bisa memerahkan telinga,
terutama bagi anda yang piawai ngomong, tetapi gagap dalam urusan menulis.
Betapa tidak, segala pemikiran yang diucapkan dianggap bohong belaka,
padahal hari-hari anda sudah anda habiskan untuk ngomong,tapi nihil nulis.

Namun, kalau mau sedikit saja menggunakan akal sehat,
layakkah anda merah telinga..?
Bukankah peradaban ini berkembang karena tulisan, bukan omongan?
Bayangkan seandainya Orang-orang terdahulu seperti Soekarno hanya bisa ngomong,
mungkinkah nada menelusuri pemikiran mereka…?

Pernahkah terfikir seandainya nenek moyang kita tidak meninggalkan tulisan di candi,
di prasasti,atau lainnya.
Pernahkah terfikir seandainya para penjajah tidak meninggalkan dokumen tertulis..
Pernahkah…?
Betapa susahnya kita menelusuri jejak-jejak sejarah kita,
karena yang mudah dijadikan bahan sejarah adalah jejak-jejak tulisan itu bukan omongan mereka,
Omongan memang bisa juga jadi bahan sejarah,
tetapi amat susah karena akan cepat musnah ditelan masa,
Yang tersisa adalah tuilisan mereka.

Tahukah anda bahwa guru (sejak SD sampai guru besar) di negeri ini banyak yang pelit berbagi ilmu.
Bukan rahasia lagi bila guru di Indonesia senang ngomong ketimbang nulis,
dan hanya sedikit siswa atau mahasiswa yang benar-benar memperhatikan..
Seandainya omongan-omongan itu dituangkan kedalam buku atau tulisan pasti dan saya yakin banyak sekali manfaatnya.

Tahukah anda seorang penulis juga dapat memberikan katarsis,
yaitu penyucian jiwa akibat kepenatan urusan dunia.
Karena sebagian sisi negatif dari manusia modern,
mereka sering terjerembab dalam stres karena menggunakan produktifitas sebagi ukuran keberhasilan,
Dalam sepak terjangnya mereka selalu diburu HANTU efisiensi dan efektifitas.
Ditengan-tengah manusia yang rentan stres,
seorang penulis dapat menjalankan tugas mulianya yaitu memberikan katarsis.
Pertanyaannya Apakah katarsis hanya bisa diberikan dengan tulisan-tulisan beragam sastra..?
jawabannya TIDAK selalu.
Katarsis bisa didapat tidak hanya dari sastra, tapi dari Esai, laporan,artikel ilmiah,atau buku.

Seorang ayah mungkin akan mendapatkan katarsis ketika membaca suatu artikel yang membahas cara penyembuhan penyakit aneh yang diderita anaknya selama bertahun-tahun,
Sementara seorang remaja mendapatkan katarsis ketika membaca cerita cinta sebagaimana yang sedang dialaminya.
Pendek kata, nilai katarsis suatu tulisan sangat bergantung kepada kesesuaian dengan keperluan si pembaca.

Masih adakah tugas mulia seorang penulis selain yang dipaparkan diatas..?
Masih banyak mbok…
Sekarang justru tugas anda yang harus menguraikannya.
Bagaimana caranya…?
caranya…
Menulislah yang sedang anda risaukan atau menurut kata hati anda,
atau menurut yang anda lihat,salah tidak apa-apa.

Menurut saya, menulis lebih terhormat walaupun hasilnya belum sempurna,
daripada hanya bisa ngomong saja,
apalagi mencaci maki…nGga..NgGa…banged dech…

Hingga saat ini mugkin sudah banyak sekali buku penuntun tulis-menulis yang beredar dipasaran.
Bagi anda yang ingin menulis,
bagus juga membaca buku-buku itu,
Namun bila setelah membaca buku itu,
anda malah justru jadi takut menulis,
tinggalkanlah dan buang jauh-jauh buku itu lalu berpalinglah kepada buku yang membuat anda berani untuk menulis.

Jadi tidak ada alasan untuk takut menulis apalagi malas menulis,
karena menulis Nyaman dan juga Menyamankan…..


by Peem

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Makasih udah meluangkan waktu untuk membaca,,
ditunggu selalu kunjungan & masukkannya
"Jangan Lupa Tinggalkan Komentar ya"

  © Template modif n' update by Sweet Orange Bergemacopyright 2009

Mbalik maning meng NDUWUR  

pim @